
DENPASAR (TEROPONGMETRO) – PT.Cahaya Putra Jaya Bali menggandeng media online teropongmetro.com, mendistribusikan bantuan kemanusiaan berupa paket sembako untuk warga terdampak pandemi COVID-19. Bantuan antara lain diberikan ke guru ngaji, ustaz/ustazah, mubalig, takmir masjid, hingga kaum dhuafa.
“Bukan hanya kepada penjual asongan, pekerja dengan pendapatan harian lain, dan guru ngaji juga terdampak oleh wabah corona,” kata Komisaris teropongmetro.com Faradilla Bawazier, Jum’at (09/10/2020).
BACA JUGA: Bukan Aktor Intelektual, Demo Tolak Omnibus Law Ditunggangi Hati Nurani!
Untuk itu, katanya, guna memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi para ustadz dan kaum dhuafa, teropongmetro.com bersama PT.Cahaya Putra Jaya Bali menyalurkan puluhan paket sembako bagi mereka.
Pandemi COVID-19, kata dia, telah memaksa banyak Taman Pengajian Anak (TPA) dan majelis-majelis lainnya untuk menghentikan aktivitas mereka.
Akibat penghentian tersebut, katanya, banyak guru mengaji kehilangan pendapatan untuk sementara waktu. Untuk itu, kami menyalurkan sembako kepada guru mengaji, guna meringankan beban mereka.
“Alhamdulillah hari ini, kami menyalurkan paket sembako kepada para guru ngaji dan kaum dhuafa. Total ada 60 paket sembako dengan 60 penerima manfaat. Saat ini kita salurkan ke wilayah Denpasar,” katanya.

BACA JUGA: Dampak Pandemi Covid-19, Satpol PP Denpasar Amankan Bule Depresi
Pemberian sembako bagi guru mengaji itu dilakukan karena mereka juga menjadi bagian dari orang-orang yang terkena dampak pandemi COVID-19.
Sementara itu, Ketua DPD PAN Kota Denpasar Nanang Saputra dan pengelola SPBU menyampaikan ini adalah kesekian kali pihaknya menyerahkan bantuan sembako bagi masyarakat.
“Semoga dengan paket sembako ini akan dapat meringankan kebutuhan para ustaz, ustazah, guru ngaji, para mubalig/mubaligah dan kaum dhuafa yang membutuhkan. Sehingga semua sasaran dapat bergembira dan ceria,” kata Nanang Saputra owner PT.Cahaya Putra Jaya Bali.
Untuk penyerahan kali ini, menyasar para ustadz, dan kaum dhuafa. Sebab para guru dan ustaz banyak yang terdampak, namun mereka tidak pernah bersuara kekurangan, apalagi meminta-minta.
BACA JUGA: Abdul Mu’ti: Sejak Awal Muhammadiyah Minta UU Ciptaker Disetop
“Inilah kewajiban kami untuk mendistribusikan bantuan kepada yang berhak dan membutuhkannya untuk meringankan beban hidup mereka,” katanya.
Secara keagamaan, kata dia, sedekah seperti itu memang lebih baik diberikan kepada orang yang takwa dan mengemban ilmu. Para asatidz itu, ujar dia, tidak menjadi pegawai tetap di sebuah lembaga atau yayasan dan mereka tentu saja terdampak secara ekonomi. Mereka yang mengabdi secara harian dibayarnya dan tidak menjadi pegawai tetap di lembaga atau yayasan sangat terdampak.
“Secara aktivitas dan ekonomi dari kebijakan yang ada sehingga mereka berkekurangan kebutuhan hidupnya dan membutuhkan bantuan,” katanya. (up)