TEROPONGMETRO – Namaku Gustaft Achmadi. Aku seorang muallaf sejak 2013. Ada momen yang sangat buatku bahagia saat pertama kali masuk Islam. Hal itu terjadi setelah aku mengucapkan dua kalimat syahadat.
Pasalnya, aku menyebutkannya dihadapan orang banyak setelah ibadah salat Jumat. Aku menangis sedih, dan membuat heboh seisi masjid.
Di sana aku sangat merasa dirangkul dan dianggap seperti keluarga sendiri. Selain itu, ada hal lainnya yang tidak pernah saya lupakan. Tepatnya, saat mendapatkan hadiah dari teman saya. Isinya adalah alat salat berupa baju koko, Al-Qur’an, dan VCD untuk belajar agama Islam lebih dalam lagi.
Selama menjadi seorang mualaf, kondisi yang paling menantang bagiku adalah saat bulan Ramadan. Pasalnya, aku berusaha mencari cara terbaik menolak ajakan makan siang dari keluarga. Keluargaku memang mayoritas adalah non-muslim.
Kepindahanku menjadi seorang muslim tidak terlepas dari peran istriku. Pasalnya, saat berkuliah aku dengannya kerap berdiskusi soal agama. Saat itu masih menjadi teman dekat dan belum menikah.
Alhasil, aku begitu sangat bulat dengan kesungguhan hati memutuskan menjadi seorang muslim yang taat. (Tm)