Site icon Teropongmetro

Teater Sastra Welang Pentas Kolaborasi Taman Samaya

Teater Sastra Welang Pentas Kolaborasi Taman Samaya

Teater Sastra Welang menggelar pementasan kolaborasi teatrikal, tari dan fragment di Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar.

Bagikan Berita Ini

TEROPONGMETRO – Teater Sastra Welang menggelar pementasan kolaborasi teatrikal, tari dan fragment di Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar, Sabtu, 5 Juni 2021, pukul 10.00 wita.

Teater Sastra Welang berkolaborasi dengan Komunitas Seni Manubada pimpinan Komang Adi Pranata dan beberapa seniman muda, termasuk Penari dan Koreografer Jasmine Okubo dan aktor-aktor teater muda Bali, seperti Legu Adi Wiguna, Achmad Obe Marzuki, Gung Alex dan Lexy. Juga melibatkan model peraga busana art etnik, Mirah Cyntia.

Taman Samaya yang disutradarai oleh Moch Satrio Welang ini berdurasi kurang lebih 25 menit. Pementasan ini merupakan perpaduan drama fragment, tari dan juga fashion show. Jasmine Okubo, penari dan koreografer asal Jepang mendapat peran kunci dalam pentas Taman Samaya.

Diceritakan bagaimana pergulatan padepokan seni Manubada dalam bertahan menjaga nilai-nilai budaya dalam bentuk seni pertunjukan tari. Pergulatan panggung kreatif pun terjadi dalam seluk beluk dunia pertunjukan.

Taman Samaya dibuka dengan tarian Moch Satrio Welang yang membawakan tarian bertajuk Shri. Ia memakai topeng Dewi Sekartaji, berkolaborasi dengan 3 penari komunitas Seni Manubada dengan musik pengiring bertajuk Petrasalira yang dibesut seniman musik etnik berasal dari Jawa Timur, yakni Redy Eko Prastyo.

Usai pentas tari Shri, plot pementasan langsung memberikan kejutan tempo cepat untuk masuk dalam pembuka drama fragmen. Dimana ia berperan sebagai Bli Raka, putra pertama pendiri Padepokan Seni Manubada, yang selain memiliki sanggar tari, juga galeri patung karya seni yang tak ternilai.

Di akhir adegan fragmen drama, Jasmine Okubo menunjukkan kegembiraannya dengan memberikan satu sajian tarian kontemporer Jepang. Jasmine Okubo tampil memukau, membawakan tarian kontemporer Jepang indah dengan balutan kimono merah menyala lengkap dengan payung tradisi Jepang.

Komunitas Seni Manubada tampil penuh kekuatan akar budaya Bali yang kuat dalam tarian ciptaan Komang Adi Pranata bertajuk Sembang. Sembang yang dibawakan oleh enam orang penari ini merupakan sebuah wujud persembahan dan kesetiaan terhadap tradisi untuk keseimbangan dalam hidup. Di Bali dikenal dengan istilah Tri Hita Karana, yang berarti tiga penyebab kebahagiaan kita di muka bumi ini yang diimplementasikan melalui hubungan yang harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widi Wasa (Prhyangan), hubungan yang harmonis dengan sesama manusia (Pawongan) dan hubungan yang harmonis manusia dengan lingkungan alam semesta (Palemahan).

Para leluhur terdahulu membuatkan sebuah perayaan yang disebut dengan Tumpek, dengan kata dasar Metu yang berarti bertemu. Bertemu untuk sebuah komunikasi, interaksi dengan ketiga hal di atas. Perayaan ini merupakan sebuah cara kita kembali mengingat, berkomunikasi kembali dan menjaga kembali dalam wujud sebuah yadnya persembahan yang tiada lain menjaga simpul keseimbangan hidup dengan ruang lainnya.

Model Mirah Cynthia tampil berperan sebagai Queen of Art dalam besutan busana art etnik rancangan Inggi Indrayana Kendran yang menutup rangkaian pagelaran seni dalam pentas Taman Samaya.(Din)


Bagikan Berita Ini