TEROPONGMETRO – Memasuki bulan Juli 2021, pandemi Covid-19 di Indonesia terus mengalami perburukan. Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengungkapkan dalam dua bulan terakhir, kematian tenaga kesehatan meroket sebanyak empat hingga tujuh kali lipat dibanding bulan-bulan sebelumnya.
“Angka kematian dokter yang per tanggal 8 Juli ya, sampai hari kemarin, itu kita sudah mencatat ada 458 dokter,” kata Adib dalam konferensi pers virtual Lapor Covid-19 “Seruan Tenaga Kesehatan Indonesia: Alarm Bahaya dari Benteng Terakhir”, Jumat (9/7).
Hingga hari ini, Lapor Covid 19 mencatat ada 1.207 tenaga kesehatan yang gugur dalam bertugas. Menurut Adib, secara fungsional layanan kesehatan nasional telah kolaps.
Menyambung Adib, Wakil Ketua Bidang Layanan Kesehatan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) dr. Aldila S. Al Arfah, MMR menyampaikan 6 rekomendasi bagi Pemerintah untuk mengatasi perburukan pandemi ini.
Pertama, Pemerintah diminta fokus dan tidak setengah-setengah pada akar masalah pandemi, yaitu menghilangkan virus Covid-19. Selama ini, Aldila melihat bahwa pemerintah justru lebih banyak menangani berbagai hal yang merupakan symptoms atau efek dari Covid-19 berupa masalah ekonomi, kelangkaan barang, dan lain sebagainya sehingga pandemi menjadi berlarut-larut.
Pemerintah juga diharapkan untuk mengoptimalkan komunikasi publik yang empati terhadap tenaga kesehatan dan transparan dengan kenyataan yang terjadi di bawah.
“Sehingga kemudian tidak menimbulkan kepanikan, tapi menimbulkan sense of crisis agar fokus pada penyebabnya,” kata Aldila sembari menekankan pentingnya sosok pemimpin bangsa yang hadir secara jelas ke tengah masyarakat di masa sulit. Selama ini, menurutnya sosok kepemimpinan belum terwujud dalam masalah penanganan pandemi.
Kedua, pemerintah dengan segala peralatannya didorong untuk terus menguatkan edukasi masif terkait pencegahan dan penanganan pandemi yang dirasa belum optimal.
Ketiga, pemerintah didorong untuk segera menunaikan kewajibannya yakni mengeluarkan insentif bagi tenaga kesehatan yang telah bersusah payah berjuang dengan melupakan keterbatasan yang ada.
Keempat, mengingat perburukan yang terus terjadi, pemerintah didorong untuk memobilisasi bantuan tenaga kesehatan dari luar daerah ke Jawa dan Bali.
“Kami berharap pemerintah bisa memobilisir ke daerah-daerah yang kritis agar bisa tertangani dengan lebih baik,” kata Aldila.
Kelima, pemerintah didorong serius menjaga stabilitas komoditas kesehatan seperti oksigen yang langka dalam satu bulan terakhir. Termasuk mencegah terjadinya kelangkaan dan kenaikan harga obat-obatan, termasuk Alat Pelindung Diri (APD) dalam beberapa waktu ke depan.
Keenam, pemerintah didorong memperbaiki hierarki komando penanganan pandemi termasuk nanti setelah masa PPKM Darurat telah usai. Aldila berpesan agar penanggung jawab komando diserahkan pada ahli kesehatan profesional, bukan justru dari bidang lain.
Bagi masyarakat, Aldila mengajak setiap warga untuk berpartisipasi aktif mencegah perluasan penularan pandemi sebagai sikap tanggung jawab, bela negara sekaligus sikap sejati rakyat Indonesia sebagaimana dulu pernah dicontohkan dalam masa sulit perjuangan kemerdekaan.
“Barangsiapa bisa melakukan perjuangan ini dengan ilmu maka lakukanlah. Barangsiapa bisa melakukan perjuangan ini dengan kebijakan maka lakukanlah,” tutupnya.(Md)