Pedagang Kaki Lima Minta Bantuan Modal Gara-gara Omset Anjlok Berat

0
2593
Pedagang Kaki Lima Minta Bantuan Modal Gara-gara Omset Anjlok Berat
Pedagang Kaki Lima.
Bagikan Berita Ini

TEROPONGMETRO – Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebutkan para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang terdampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di di provinsi itu membutuhkan stimulus modal kerja untuk bisa berjualan kembali.

“Kami berharap ada stimulan ekonomi sehingga mereka bisa beraktivitas berjualan seperti semula,” kata Ketua APKLI DIY Mukhlas Madani saat konferensi pers secara virtual di Yogyakarta, Jumat.

Mukhlas menuturkan selama PPKM Darurat sebagian besar pedagang kali lima anggota APKLI libur berjualan. Kondisi ini membuat mereka terpuruk, bukan hanya mengalami penurunan omzet, bahkan telah mengalami defisit.

Sejumlah laporan mengenai penurunan omzet antara lain muncul dari para pedagang kaki lima di Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul, yang sama sekali tidak ada pembeli, sehingga omzet mereka pun merosot.

Kondisi serupa juga disampaikan para pedagang di kawasan Malioboro, Yogyakarta. Bukan hanya mengalami penurunan omzet, bahkan pendapatan mereka telah minus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Pedagang angkringan Malioboro telpon saya, bahkan bukan hanya omzet saja, tapi mereka sudah minus. Jadi situasi kaki lima kondisinya sangat terpuruk,” kata dia.

Oleh sebab itu, menurut dia, selain membutuhkan ruang dan waktu, para pedagang kali lima juga membutuhkan stimulus permodalan dari pemerintah.

“Kalaupun tidak ada, diharapkan ada bantuan hidup seperti sembako. Memang sampai saat ini bantuan itu belum ada,” kata dia.

Mukhlas menyebut jumlah pedagang kali lima anggota APKLI di lima kabupaten/kota di DIY mencapai 20.000 orang. Namun demikian, jumlah itu berkurang signifikan lantaran banyak yang sudah tidak berjualan karena terkendala modal selama pandemi.

“Keberadaan pedagang kaki lima strategis menurunkan angka pengangguran di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Kami berharap ada stimulan ekonomi sehingga mereka bisa beraktivitas berjualan seperti semula,” ujar Mukhlas.

Omset Turun

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut tingkat kunjungan masyarakat ke pasar tradisional di provinsi ini mengalami penurunan hingga 75 persen selama penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

“Kalau pedagang pasar tetap berjualan. Cuma untuk pengunjung berkurang sekali mencapai 50 persen sampai 75 persen,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag DIY Yanto Apriyanto saat konferensi pers secara virtual di Yogyakarta, Jumat.

Penurunan kunjungan ke pasar tradisional, menurut Yanto, menunjukkan sebagian besar masyarakat di DIY mampu menahan diri ke luar rumah selama PPKM Darurat.

“Jadi kebutuhan pokoknya masih bisa dicukupi pedagang keliling dan warung di sekitar kediaman konsumen,” kata dia.

Ia menuturkan selama PPKM Darurat tidak ada pasar tradisional di DIY yang ditutup karena para pedagang sebagian besar menjual kebutuhan pokok masyarakat. “Tidak ada yang ditutup. Semuanya buka,” kata dia.

Baca juga: Pasar tradisional Yogyakarta lakukan upaya preventif cegah COVID-19

Untuk pedagang di pasar tradisional yang tidak menjual kebutuhan pokok seperti fesyen atau pakaian, menurut dia, secara otomatis menutup tokonya karena penjualan yang merosot.

“Fesyen kena dampak karena masyarakat untuk membeli pakaian masih menahan diri. Masyarakat tidak ke mana-mana akhirnya mereka fokus untuk membeli kebutuhan pokok,” kata dia.

Meski demikian berdasarkan pemantauan, kebutuhan pokok belum terlalu terpengaruh PPKM Darurat. Persediaan masih aman, sedangkan harga kebutuhan pokok sebagian mengalami kenaikan dan sebagian lainnya justru menurun.

Berdasarkan pemantauan harga di tiga pasar tradisional di Kota Yogyakarta yakni di Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan, dan Pasar Demangan pada 9 Juli 2021, harga ayam broiler rata-rata Rp33.667 per kilogram, daging sapi has luar Rp121.000 per kilogram, cabai rawit merah Rp42.667 per kilogram, cabai rawit hijau Rp24.333 per kilogram, cabai merah keriting Rp15.667 per kilogram.

Berikutnya bawang merah masih dijual pada harga Rp26.000 per kilogram, bawang putih kating Rp23.667 per kilogram, dan bawang putih sino Rp22.000 per kilogram, gula pasir Rp12.333 per kilogram, dan minyak goreng tanpa merek Rp14.333 per kilogram.(akh)


Bagikan Berita Ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini