Peran Muhammadiyah dalam Memerdekakan Indonesia Itu Nyata

0
3793
Peran Muhammadiyah dalam Memerdekakan Indonesia Itu Nyata
Peran Muhammadiyah dalam Memerdekakan Indonesia Itu Nyata.
Bagikan Berita Ini

TEROPONGMETRO – Pada peringatan 76 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, peran Muhammadiyah sebagai organisasi maupun kader-kadernya yang berbuat untuk kemerdekaan tidak bisa dikecilkan.

Demikian disampaikan oleh Prof. Dadang Kahmad, ketua PP Muhammadiyah dalam Catatan Akhir Pekan TVMU pada (19/8). Menurutnya, sejak awal berdirinya Muhammadiyah selalu ingin memperbaiki bangsa.

Ahmad Dahlan mendirikan sekolah, beserta amal usaha lain tidak lain dan bukan adalah untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Prof. Dadang menyebut, keinginan Muhammadiyah mendirikan itu semua untuk perubahan dan perbaikan bangsa di tengah penjajahan.

“Apalagi waktu itu bangsa kita tidak diperhatikan oleh penjajah, bahkan diperas diambil sumber daya alam dan manusianya,” tuturnya

Usaha mencapai kemerdekaan bukan hanya dilakukan oleh Muhammadiyah secara organisasi, tapi juga melalui tokoh-tokohnya yang aktif bersinergi dan berjuang untuk kemerdekaan. Ia juga menegaskan bahwa, setelah kemerdekaan pun Muhammadiyah tetap berbuat yang terbaik untuk bangsa Indonesia.

Menurutnya, meski secara de jure Indonesia telah merdeka pada 17 Agustus 1945, namun keadilan belum dirasakan merata oleh seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dirinya mengajak kepada seluruh warga – bangsa, termasuk yang tergabung dalam organisasi masyarakat supaya ikut serta mencapai keadilan yang dicita-citakan.

“Di sinilah kerja keras kita semua, singkirkanlah perbedaa-perbedaan yang melahirkan konflik dan permusuhan sehingga menghambat terhadap pembangunan, terhadap kemajuan bangsa ini,” ajaknya.

Prof. Dadang menyebut pesan persatuan yang ia serukan ini adalah sebuah usaha untuk menghadapi persoalan besar yang dihadapi banga ini. Berkaca dari sejarah, estafeta kepemimpinan di Indonesia sering terjadi melalui jalan yang terjal.

Dalam pembacaannya, pergantian kepemimpinan yang tidak ‘soft’ di tubuh bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan sampai dengan era reformasi terus membekas di benak bangsa ini. Sehingga menciptakan watak atau karakter yang dilihat dan dirasakan pada medan politik Indonesia selama 10 tahun terakhir.(Md)


Bagikan Berita Ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini