Warga Wadas Berharap PBNU Turun Untuk Damaikan Konflik

0
777
Warga Wadas Berharap PBNU Turun Untuk Damaikan Konflik
Spanduk bertuliskan cinta damai di Desa Wadas. (Heru Suyitno/Antara)
Bagikan Berita Ini

TEROPONGMETRO – Sejumlah warga di Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, berharap para tokoh Nahdlatul Ulama turun untuk mendamaikan warga yang terbelah. Bahkan saat ini, menjurus ke konflik sosial antara pihak pro dan kontra penambangan batu andesit.

Wagimin, warga Dusun Kali Gendol, Desa Wadas, mengatakan, kehidupan sosial budaya masyarakat Desa Wadas mengalami kerusakan dengan adanya pro dan kontra rencana penambangan batu andesit. Batu itu digunakan sebagai bahan fondasi Bendungan Bener.

Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo saat ini menjadi sorotan nasional. Dalam peristiwa pengukuran lahan untuk lokasi penambangan batu andesit pada Selasa (8/2) polisi mengamankan 64 orang. Sehari kemudian mereka dilepaskan.

Atas rencana penambangan batu andesit, masyarakat Desa Wadas terbelah dua. Satu pihak setuju penambangan batu andesit dan pihak lain menentang. Sikap pro dan kontra ternyata menjalar lebih jauh dan menjurus konflik sosial.

Menurut Wagimin, warga pro dan kontra tidak saling tegur sapa. Bahkan acara keagamaan, sosial dan budaya dilakukan masing-masing pihak secara sendiri-sendiri. ”Situasinya memang seperti itu, sudah sangat memprihatinkan,” kata Wagimin seperti dilansir dari Antara, Selasa (15/2).

Hal senada diungkapkan Syawaludin, warga Dusun Beran, Desa Wadas, yang menyampaikan ada kejadian mesin motor diisi garam dan pasir. Hal itu terkait pihak kontra dan pro. ”Perpecahan mulai berlangsung sejak 2016 hingga sekarang, berarti sudah lima tahun,” kata Syawaludin.

Koordinator Komunitas Masyarakat Terdampak Desa Wadas (Mata Desa) Emha Saiful Mujab yang akrab disapa Gus Ipul menyampaikan, sebelumnya warga Wadas ramah dan guyub rukun. 100 persen warga Wadas adalah kaum nahdliyin alias warga Nahdlatul Ulama.

Sebagaimana kaum nahdliyin, lanjut dia, mereka gemar silaturahmi, bersama-sama mengikuti kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya. ”Ini sungguh berbahaya dan harus dicarikan jalan keluarnya. Perlu digagas untuk mempertemukan pihak pro dan kontra agar kehidupan kemasyarakatan warga Wadas kembali normal seperti semula,” tutur Gus Ipul.

Dia menyoroti kekacauan bahkan terjadi hingga tingkat keluarga hanya karena beda pandangan. ”Ada seorang ibu tidak mendatangi hajatan anaknya gara-gara beda pandangan tentang penambangan batu andesit. Benar-benar parah kerusakan sosial di Desa Wadas,” terang Gus Ipul.

Warga Dusun Beran, Wadas, Amat Marlan yang juga anggota Banser NU Kecamatan Bener, mengharapkan tokoh NU turun ke Desa Wadas untuk mendamaikan dan mempersatukan lagi warga Desa Wadas yang 100 persen kaum nahdliyin.

”Tolong tokoh-tokoh NU datang secepat mungkin ke sini. Kami ingin kedamaian kembali di Desa Wadas. Sungguh sangat tidak nyaman hidup bertetangga tidak saling sapa selama bertahun-tahun,” ucap Amat Marlan.(Jp)


Bagikan Berita Ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini