Sejak Kapan Orang Betawi Memeluk Islam?

0
3552
Sejak Kapan Orang Betawi Memeluk Islam?
Anak-anak Betawi pada tahun 1910 pulang mengaji. Foto: KITLV.
Bagikan Berita Ini

TEROPONGMETRO – Teori sejak kapan penduduk Betawi (Jakarta) memeluk agama Islam hingga kini masih belum menemukan titik temu yang pasti. Apakah proses Islamisasi di Jakarta dan sekitarnya baru terjadi sejak Fatahilah, panglima Kerajaan Islam Demak menaklukkan Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527. Atau justru jauh sebelum itu.

Pendapat jika Fatahilah yang membawa Islam ke Jakarta, dibantah keras budayawan Betawi, Drs Ridwan Saidi. Menurut dia, proses Islamisasi di Jakarta dan sekitarnya sudah terjadi jauh lebih awal.

Bahkan, lebih dari 100 tahun sebelum kedatangan balatentara Falatehan yang mengusir orang Barat (Portugis) di Teluk Jakarta (sekitar Pasar Ikan). Tepatnya pada tahun 1412, yang digerakkan oleh Syekh Kuro, seorang ulama dari Campa (Kamboja). Pada tahun tersebut, Syekh Kuro telah membangun sebuah pesantren di Tanjung Puro, Karawang.

Sementara, Siswadi, dalam tulisan mengenai ‘Perkembangan Kota Jakarta,’ menulis : ‘Dalam abad ke-14 dan 15 kraton-kraton di Jawa sudah menerima Islam karena alasan politik.’ Menurut kitab ‘Sanghyang Saksakhanda’, sejak pesisir utara Pulau Jawa mulai dari Cirebon – Krawang dan Bekasi terkena pengaruh Islam yang disebarkan orang-orang Pasai, maka tidak sedikit orang-orang Melayu yang masuk Islam.

SEJARAH PANGERAN FATAHILAH

Pada 31 Mei 1619 Pangeran Pangeran Ahmad Jakatra atau Pangeran Jayakarta mendirikan sebuah negara di pengasingan. Ia membangunnya setelah istananya, perkampungan penduduk dan sebuah masjid dibumihanguskan Belanda. Istana dan perkampungan itu sendiri terletak antara Pasar Ikan – Jakarta Kota, yang oleh VOC atau Kompeni di atasnya dibangun Kota Batavia.

Pangeran dan para pengikutnya hijrah ke Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur yang saat itu masih berupa rawa-rawa dan hutan belukar. Di tempat yang kini terletak antara penjara Cipinang dan Pulogadung inilah, pangeran mendirikan negara di tempat pengasingannya yang baru itu. Ia menamakannya Jatinegara atau negara sejati.

Di tempat ini, pangeran juga membangun sebuah masjid, mencontoh Rasulullah saat hijrah dari Mekkah ke Madinah. Dari masjid yang kini bernama Ash-Salafiyah pangeran dan pengikutnya bersumpah untuk merebut kembali Jayakarta. Sekalipun upaya ini tidak berhasil, tapi para prajurit Islam ini telah berhasil selama puluhan tahun mengusik Belanda untuk tidak pernah tenang.

Tambahan ‘Kaum’ hingga menjadi Jatinegara Kaum, karena selama ratusan tahun kampung ini hanya ditinggali para kerabat, sehingga menjadi kampung tertutup. Bahkan untuk menjaga keberadaan makam Pangeran, mereka selama ratusan tahun melakukan pernikahan sesama saudara sepupu.

Sekalipun kini sudah banyak pendatang baru, tapi lebih dari separuhnya masih ditinggali oleh keturunan pangeran. Pada masa pendudukan Jepang (1942), sebutan Batavia diganti dengan Jakarta, sedangkan Mester Cornelis menjadi Jatinegara.(R)


Bagikan Berita Ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini