
TEROPONGMETRO – Batuk kronik berkepanjangan hingga beberapa bulan dapat mengindikasikan seorang penyintas mengalami long covid-19. Menurut Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama, batuk pada dasarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh yang menunjukkan ada gangguan di paru dan saluran napas.
“Salah kalau ada yang menyebut batuk biasa. Semua batuk itu luar biasa. Orang yang sepenuhnya sehat tidak batuk,” katanya di Jakarta seperti dikutip pada Rabu (28/9/2022).
Dia menyebut keluhan batuk, apalagi kronik, menunjukkan ada masalah kesehatan di paru dan saluran pernapasan yang perlu segera diketahui penyebabnya dan ditangani dengan baik agar tidak jadi masalah berkepanjangan.
Batuk kronik adalah batuk yang terjadi lebih dari delapan pekan, batuk akut kalau terjadi sampai tiga pekan, sementara batuk yang dialami antara tiga sampai delapan pekan disebut batuk sub-akut.
“Jadi, penyebutan batuk akut atau kronik itu sesuai dengan lamanya keluhan atau gejala, bukan karena berat ringannya gejala,” jelasnya.
Dia mengatakan, sebagian besar batuk kronik dapat ditangani dengan menghindari faktor risiko seperti berhenti merokok, menghindari polusi udara, dan menghindari alergi tertentu.
“Kalau menghindari faktor risiko, batuk kronik masih saja terjadi, perlu ditangani sesuai penyakitnya, bisa asma bronkial atau penyakit yang berhubungan, penyakit paru obstruktif kronik, infeksi virus atau bakteri, penyakit paru interstitial, sampai ke kemungkinan kanker paru,” tuturnya.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril melaporkan sekitar 33 persen pasien covid-19 di Indonesia mengalami long covid-19. (ant)